Buku ini udah lama banget gw bacanya, demamnya sampai sekarang masih menusuk kalbu. Percintaan sejati yang berakhir tragis. Dua Dunia… Cinta Isabella yang Lara.. loh kok nyampe ke sinet ini? hahaha…di bawah ini cuplikan epilognya 🙂
-Mustafa Lutfhi Al-Manfaluthi-
… dapatkah cinta dilihat dari sudut logika? Karena sesungguhnya logika cinta
adalah tidak mengenal apa-apa.
Cinta hanya mengenal cinta.
Jika cinta dilogikakan dengan angka, itu adalah cintanya
kaum pedagang. Dan logika kaum pedagang adalah yang penting untung.
Tapi mana mungkin
cinta dilihat dari segi untung-rugi?
Jika cinta dipaksa untuk melihat untung rugi, maka betapa banyak
kerugian yang diderita oleh kaum pecinta, karena derai air mata, kantuk
yang tertunda, jiwa yang nelangsa, badan yang tersiksa, demam karena asmara,
ribuan kata-kata yang berterbangan di udara lalu berubah menjadi hembusan angin yang mendatangkan angan-angan, semua itu tak ternilai harganya.
Dan oleh kaum pecinta, semua itu tidak dianggap sebagai pengorbanan. Karena bagi mereka dalam cinta tidak ada pengorbanan. Jika seorang pecinta masih menghitung pengorbanan, akan mengubah dirinya menjadi martir. Martir cinta, judul yang cocok untuk lagu-lagu cengeng.
Lantas dimanakah ukuran cinta sejati itu? Bisa di hati, bisa di langit atau Nirwana, atau
mungkin tanah pekuburan.
Bila belaian tangan cinta sudah menyentuh jiwa, kekejaman pedang
kaisar Romawi, atau bengisnya orang Barbar tak akan sanggup melawannya.
Cinta akan membuat orang yang mengecapnya menjadi gagah perkasa
seperti Iskandar Zulkarnaen. akan cerdik dan cerdas melebihi Einstein. Dan
jiwanya akan lembut selembut angin gunung yang menwarkan kesejukan.
Kaum pecinta tidak akan meneteskan air dari matanya, melainkan darah dari jantungnya, bila sang kekasih menderita. Dan bagi mereka tidak ada kata yang lebih indah selain kata yang keluar dari hati, kemudian terpancar melalui mata.
Bahasa mata bagi kaum pecinta bagai sinar mentari yang menerangi dunia, hangat dan hidup.
Sepatah kata yang diucapkan oleh lidah-lidah mereka, akan menjelma menjadi
kitab suci, luhur dan tak terbantah.
Jika seorang pecinta menitikkan air mata, anginpun akan berhenti berhembus,
daun-daun yang hijau akan menguning dan rontok bagai ditiup prahara.
Kesedihan kaum pecinta akan dirasakan oleh alam lebih dahsyat dari badai Tsunami.
Jika demikian, apa atau siapakah mahluk yang bernama cinta itu?
Hanya Majnum dan Layla, Sam Pek dan Eng Tay, Romeo dan Juliet, Stevan dan Magdalena yang mampu menjawab.
Tetapi toh mereka tidak akan mampu menjawab dengan bentangan kata-kata,
karena seluruh alat tulis yang ada didunia,
tidak akan cukup menjelaskan makna cinta. Mereka hanya bisa
merasakan kehadiran cinta, meminum manisnya anggur cinta,
namun mereka tidak sanggup berbicara apa-apa tentang cinta.
ini cover yang keberapa yah? cover buku yang gw baca beda banget…
cuit cuit.. Magdalena memandang Langitnya… hihihi*lirik2…lirik siapa yah??*
gw baca buku ini sampai banjir aer mata… sedih banget.. terutama penderitaan Stevan… waktu tahu Magdalena kawin ama sahabatnya sendiri si Edward…kalimat2nya puitis banget… liat ajah epilognya… pas di ending juga gw sumpehh… nangisss… trus selesai baca buku ini.. gw bengong berhari2..gemanya masih kerasa sampai sekarang.. ck.. Lebay banget gw yak… hahahaha
Ini yah huni??keren2…wkakakka, jdi pengen baca novelnya!!
Becok yak tulisan gw, hihihii…
baca di mana hun? dipertapaan? ntar bauk 😀 becokk nulis penutupan NaBloPoMo :))
Huni…thanks reviewnya,jd pengen buru2 beli buku ini…jd crtanya mirip sama tenggelamnya kapal van der wijck??..gw baca buku itu wkt msh smp…gw jg nangis mulu wkt baca buku itu…kisah cinta tragis berhias kata2 puitis…kasih tak sampai emang sering menggetarkan jiwa *ceilee hehe*…akankah isabella seperti magdalena??…lambang cinta yg lara hahaha..
gw jg udah pernah baca. thanks huni, diingetin lagi…apa jd gitu bakalan ceritanya isabella, only FA knows …diaaaaa isabellaaaaaa …lambang cinta yang lara …klo Bella kebanyakan omong sana omong sini, kapan ya gw dapet feelnya karakter Isabella …
Duh..akankah yah? latar belakangnya beda sih.. Stevan penyair/pelukis/seniman yang sederhana… Magdalena gadis sederhana/polos tapi berkecukupan..ceritanya ntar Magdalena terlena ama kehidupan yang lebih menjanjikan..belum lagi desakan2 dari sepupunya… Stevan poor banget sih… 😀 kaga ada yang mau ama dia… haiahiahia… Karakter Isabella yang omdo sebenarnya mirip Magdalena.. cuman Magdalena lebih polos.. baru pertama kali mengenal cinta.. yah sama si Stevan.. trus Stevan karena merasa ga mampu buat ngebahagiain Magdalena..doi berusaha kerja keras sampai akhirnya jadi seniman ternama…tapi butuh waktu yang kelamaan ..sampek si Magdalena akhirnya merid ama Edward sahabatnya Stevan… konflik batinnya kuat banget di novel ini… ga tahu kenapa yah sampai sekarang walaupun gw baca berkali2… gw pasti nangis… hahahaha
beda ama Isabella… tapi ini kisah cinta yang lara.. kalo bisa dibilang Magdalena lambang cinta yang lara… endingnya juga menyedihkan banget.. yang asyiknya…sampai ending… permainan hati Magdalena dan Stevan bikin gw ga memihak ke keduanya… tapi memihak ke cinta mereka yang sejati.. duh… gw kalo ingat sebenarnya sedih sendiri…
kayanya menarik…satu lagi referensi 🙂
2 2 nya keren semua novelnya…
rugi klo g baca….
gw g bsa comment apa”…
kehabisan omongan klo ngomentari novel ini…
yang pasti keren sangat lah…